Rabu, 04 Februari 2009

Ukhtiku… mengapa kau tanggalkan jilbabmu?

“Ley, jam brapa skrg?” tanyaku pada Leha yang akrab disapa Ley.
“jam Sembilan lewat. Knp?” Ley menjawab dan balik bertanya.
“tidak, cuma tanya sj” jawabku.

Hm..jam 9 lewat, napa bu Dewi belum masuk ngajar ya? Padahal lagi semangat2 ini mau blajar (biasanya kan agk malas getoo..), atau z cek di kantor sj, itung2 skalian juga cuci mata, ngecengin kk’ kelas yg lg maen bulu tangkis 
Setelah ngecek di kantor, juga dah Tanya ke guru piket, ternyata ibu Dewi lagi sakit, so pasti dia tidak masuk ngajar hari ini. Sempat senang juga seeeeh…kan punya banyak waktu tuk nongkrong di aula.

Kulangkahkan kaki mungilku menuju ke teras mushollah sekolah. Ini jg jd tempat favorit teman2 di sekolah kami. Alasan mereka macam2, mulai dari alasan karena tempat ini sejuk, karena ita bisa nonton pemain bulu tangkis yang so’ jago (brani nantangin Taufik hidayat), karena lebih mudah klo’ mau sholat kan di teras mushollah, karena dekat kantin, juga karena tempat ini paling strategit tuk liat2 teman2 dari kelas lain (kale aj diantara mreka ada yg enak di pandangin)..tapi itu kebanyakan alasan konyol dari teman2 cowo’. Klo saya sendiri, suka tempat ini karena banyak teman, banyak orang yang bisa di ajak ngobrol.
Satu hal yang paling sering saya perhatikan klo’ lagi du2k di teras mushollah yaitu, akhwat2 yang jalan di tempat manapun yang mataku masih bisa melihatnya. Mereka dalam pandanganku kelihatan begitu cantik, begitu anggun dengan jilbabnya, apalagi jika ujung jilbabnya tertiup angin sepoi-sepoi, weitz..indahnya… Ima, seorang akhwat yang paling sering saya perhatikan. Selain karena jilbabnya, juga karena tutur katanya yang halus, sopan murah senyum dan tidak sekke’ lagi… Karena ini pula, sempat terlintas difikiranku, mungkinkah saya bisa seperti mereka???
Cerita ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu sewaktu saya masih baru2 di bangku kelas 2 SMA.
………………………-------------------………………………….
Semester akhir di kelas 2, akhirnya saya ikut kajian pekanan di mushollah. Dari kajian rutin ini saya mendapatkan ilmu tentang banyak hal, termasuk dalam hal ini tentang jilbab. Kajian ini saya ikuti hingga kelas 3 SMA meskipun tidak selalu datang (makalasi). Setelah lama ikut, baru kemudian saya tahu kalo’ kajian inilah yang disebut tarbiyah (yang sering di bicarakan Ima dengan akhwat yang lain). Singkat cerita, Alhamdulillah, setelah kelompok tarbiyah yang saya ikuti sehat, saya-nya juga jadi agk sehat. Tapi tidak dengan Ima (waktu itu, setelah diadakan regrouping, saya sekelompok dengan Ima). Beberapa pekan dia tidak datang. Ditanya kenapa, juga dia tidak memberikan alas an yang betul2 pas. Di sekolah, hubungan kami pun agak renggang, bukan karena saling menjauh, tetapi karena kelas kami yang beda, juga karena kesibukan masing2 tuk persiapan UAN. Satu bulan menjelang UAS/UAN, untuk sementara tarbiyah tidak aktif. Jadi selama satu bulan itu, tidak ada lingkaran kecil di teras rumahnya k’ En. Dan selama satu bulan itu, semakin jarang lagi ketemu dengan Ima.
……………..--------------------………………………..
Beberapa hari setelah UAN, saya sempat janjian dengan Ima untuk ke NF, rencananya mau daftar bimbel kelas intensive tuk persiapan SPMB. Meskipun lama tidak pernah lagi ngobrol lama2 dengan ukhti yang satu ini, tapi tenyata masih bisa buat janjian tuk pergi bareng .
Hari H tiba. Alangkah kagetnya saya bukan kepalang melihat penampilan Ima hari itu. Bagaimana tidak, pakaian yang ia kenakan yaitu kerudung kecil yang dililit di kepala (biasa liat kan?), baju kaos agak ketat (menurut saya) dan juga CELANA PANJANG (Jeans). Naudzubillah…
“Ya Allah, apa yang terjadi dengan saudariku? Kemana saja saya, kenapa tidak pernah melihat perubahan pada saudariku? kemana saja saya, kenapa tidak pernah menanyakan kabarnya? dan kemana saja segala nasehat yang pernah Ima berikan ke saya tentang pentingnya ber-jilbab? kemana semua itu? Kemana? Apakah Ima sendiri telah lupa dengan nasehat2nya itu? “ semua pertanyaan2 itu hanya berputar2 di otak kecilku, tidak sanggup ku ucapkan. Hanya senyum miris yang bisa saya tampakkan menyambut senyuman cerianya hari itu. Ya Allah…


0 komentar:

ROSDIANA